selamat datang CUPLIS5758

Minggu, 14 April 2013

Muslimah dalam Keluarga

Peranan Muslimah dalam Keluarga


Oleh: Sahar Haidary


Islam sebagi agama yang abadi mempunyai pandangan yang menyeluruh pada setiap sisi manusia. Oleh karena itu, Islam memiliki cara pandang yang khusus terhadap peranan wanita.Akan tetapi sebelum semua itu perlu diketahui bahwasa menurut pandangan Islam dan al-Quran yang dimaksud dengan peranan wanita dalam berjuang dan pengorbanan diri di jalan Tuhan dan meninggal di jalan ini adalah setiap orang memiliki cara dan persyaratan yang khusus. Oleh karenanya, berjuang dengan menggunakan senjata di medan perang tidak diwajibkan untuk para wanita.Tetapi apabila dengan jalan-jalan yang lain dimana struktur yang ada dan kepribadian mereka mendukung (mereka mampu menjauhi dari segala sesuatu yang diharamkan ) maka mereka dapat menggunakan jalan ini untuk mengadikan  dirinya. Ini adalah salah satu tanda-tanda kesempurnaan iman mereka. Itulah mengapa Sayidah Zahra as menggunakan segala kesempatan yang ada untuk berperang dengan orang-orang yang tidak beragama dan para pembuat bidah. (1)
 
Peranan ini dilakukan oleh Sayidah Zahra as sepanjang hidupnya dengan cara yang gemilang, yaitu dengan berjuang melawan hawa nafsunya dan berjuang di medan perang melawan orang-orang yang tidak beragama dan berjuang di bidang kebudayaan, politik dan lain-lain. Itu dikarenakan Sayidah Zahra as dididik oleh seorang ibu yang pejuang. Ibu yang ketika para muslim dalam waktu tiga tahun diembargo, beliau memberikan seluruh kekayaannya kepada Abi Thalib as untuk mengatasi kesulitan para muslim. Orang-orang yang tidak mempunyai kehormatan terus mengecam beliau, akan tetapi dengn peristiwa itu hanya kekuatan dan ketegaran yang muncul darinya. Semakin bertambah kecaman terhadapnya maka semakin betambah kesabaran dan keistiqamahannya .(2)
 
Sayidah Khadijah as yang sejak awal telah memilih seorang suami yang bermaknawi bukan orang yang kaya raya, dan ia telah membuktikan bahwasannya ia memperoleh hartanya dari jalan yang benar bukan riba. Ia menginginkan keberhasilan dunia dan akhirat. Karenanya ia tetap berdiri tegak dalam berjuang di jalan Tuhan. Semua ini dikarenakan kepribadian  yang tinggi, yang menang atas hawa nafsu dan pengetahuan yang mencukupi . (3) Keaktifan para wanita pada permulaan kemunculan agama Islam ditunjukan dengan keikutsertaan mereka pada baiat dan hijrah. Mereka melindungi agama Allah Swt bersama kaum laki-laki dengan memahan siksan para kaum musyrik. Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka ..." (4)
 
Dalam peristiwa kebangkitan Imam Husein as para wanita juga mempunyai peranan yang berbeda dalam berjuang. (5) Istri dari Zahir bin al-Qain memberikan pengarahan kepadanya sehingga dia menjadi memihak kepada Imam Husein as. (6) Selain itu, peranan wanita dalam menanamkan pikiran dan dukungan dalam peristiwa besar Karbala juga mempunyai peranan dalam penyebaran, penyampaian pesan-pesan serta menjaga revolusi itu sendiri.(7)
 
Sayidah Zainab Kubra as adalah panglima para pejuang wanita di karbala. Beliau bangkit melawan para thagut dengan khutbahnya yang berapi-api. Khutbah itu untuk beliau mencakup hal-hal spiritual, tapi kondisi masa itu dimana kepemerintahan berada di tangan orang-orang zalim menyebabkan sangat terbatasnya penahaman dan perkembangan masyarakat yang jahil dan penakut yang tidak tunduk pada penguasa. Masyarakat telah tertipu dengan kediktatoran Bani Umayah.
 
Selain itu penyampaian pesan suci pemimpin kebebasan imam Husein as, dimana para pendosa Kufah dan Syam berkhayal bahwa mereka telah mematikan panggilan suci di antara suara-suara Nainawa dan di penjuru dunia risalah Ilahi hanya tinggal sejarah, sementara kaum lelaki di dunia tidak lagi bertanggung jawab untuk mengemban risalah tersebut. (8) Kefasihan tutur kata Sayidah Zaenab as telah menggetarkan istana Yazid dan melemaskan lidah putra Ziyad. Ibnu Ziyad yang sangat memusuhi keluarga suci Nabi Muhammad Saw tidak dapat menyembunyikan kekagumannya terhadap cara dan penyampaian dalam bentuk kata-kata yang indah yang memiliki pertimbangan yang tersembunyi. Karenanya dia berkata, "Sesungguhnya wanita ini menguasai ilmu syair." Tapi Sayidah Zaenab as menjawab, "Apa yang dilakukan wanita dengan bersyair? Ketahuilah aku bukanlah orang yang bergantung dan apa yang kau dengar itu adalah terbakarnya dadaku sehingga mengalir pada lidah ku." (9)
 
Semua ini harus diperjelas untuk para wanita masa kini sehingga mereka tahu bagaimana harus menggunakan kefasihan lidah untuk berjihad. Para wanita di zaman Revolusi Islam merupakan salah satu kebanggaan untuk negara Iran di medan juang dengan berpegang teguh pada hijab Islami mereka menunjukan peranan mereka dan dalam kalimat yang penuh makna sebagai fondasi negara Republik Islam Iran.
 
Imam Khomeini ra menjelaskan secara menyeluruh bahwasannya:
 
1. Mendidik para pejuang, "Allah Swt melindungi kalian. Karena kalian telah mendidik orang-orang besar di masa hidup kalian. Kalian yang mempunyai kewajiban sebagai seorang ibu, dan ini adalah kewajiban terbesar kalian. Sebagaimana Islam sangat menghormati seorang ibu yang mendidik anaknya sehingga dapat melindungi masa depan bangsa ..." (10)
 
2. Berjuang dengan harta, "Kalian kaum wanita berjuang dengan semuanya untuk kebangkitan dan kemenangan Islam. Kalian juga berjuang dengan harta kalian. Kalian adalah pasukan Islam dan saudara para wanita tauladan dalam Islam. (11)
 
3. Motifasi kaum laki-laki dalam  berjuang, "Kaum wanita memotifasi kaum laki-laki untuk turun mengikuti mereka ke jala-jalan dan mereka berada di barisan terdepan.Wanita adalah satu wujud yang dapat mengalahkan satu kekuatan syaitani". (12)
 
4. Berjuang dengan jiwa dan raga, "Kaum wanita pada zaman kita telah membuktikan dalam berjuang sebagai teman kaum laki-laki, bahkan mereka juga lebih terdepan. Para wanita Iran adalah  pejuang yang berkemanusian tinggi dan juga berjuang dengan hartanya… Para wanita inilah yang menunjukan kesuciannya dengan tetap menjaga hijabnya dan mengorbankan hartanya untuk kebangkitan islam ." (13)
 
5. Pemberi keberanian kepada kaum laki-laki, "Kaum wanita dalam kebangkitan ini memiliki satu langkah lebih maju dan memberikan pertolongan yang besar kepada bangsa. Kaum wanita inilah yang pada saat turun ke jalan-jalan dan gang-gang kemudian berteriak sehingga memberikan keberanian kepada kaum laki-laki yang menyebabkan kekuatan mereka menjadi berlipat ganda." (14)
 
6. Perlindungan, "Pengabdian kaum laki-laki dikuatkan oleh pengabdian kaum wanita. Kaum laki-laki mempunyai suatu perasaan yang apabila melihat kaum wanita keluar dari rumah bertujuan untuk mempersatukan kekuatan mereka,  memberikan anak, suami, saudaranya untuk melindungi Islam, dan sangat banyak kaum laki-laki yang mengikuti mereka untuk melakukan hal ini". (16)
 
7. Penggerak keposesifan kaum laki-laki, "Laki-laki sangat sensitif terhadap wanita. Kesensitivan ini ada apabila melihat seoarang wanita tidak menghormatinya. Oleh karena itu, sejak awalny,a dalam masalah pertahanan, pertolongan, dan masuk dalam medan perang dengan jalan apapun kaum laki-laki lebih ahli dan mampu dibanding kaum wanita."
 
8. Pemberi ketenangan pada para pejuang, "Ahsantun, dukungan untuk para wanita terhormat yang datang dari tempat yang jauh untuk bertemu dengan kami dan turut berduka atas musibah ini. (17) Teladan ini diambil dari Sayidah Zahra as yang pergi keluar untuk menghilangkan kesedihan Nabi Saw dan umat islam". (18)
 
Islam tidak menghalangi kaum wanita untuk mendapatkan pahala dari berjuang, bahkan melihat masalah ini lebih luas lagi. Karena menurut Isla, rumah dan keluarga merupakan medan yang terbesar untuk kaum wanita berjuang, "Jihadnya wanita adalah menjadi istri yang baik untuk suaminya." (19) "Jihadnya wanita bersabar terhadap kekerasan dan gangguan suaminya." (20) Kemudian dengan perhatian yang khusus dalam masalah hijab maka pahala yang diterima lebih besar dari pahala seorang syahid, "Pahala orang yang syahid di jalan Allah Swt tidak lebih besar dari pahala orang yang menjaga kesuciannya, yang mana dia mempunyai kekuatan untuk melakukan dosa, tetapi tidak melakukannya dan tetap sesuci malaikat. (21)
 
Semakin jelas kita pahami peranan wanita dalam menjaga agama Allah Swt dalam lingkup agama Islam di masa kegaiban dan kemunculan Imam Mahdi as memiliki tempat yang khusus, sebagai mana yang dijelaskan oleh Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Imam Baqir as berkata, "Demi Allah! Akan datang 313 orang dan 50 di antara mereka adalah wanita dan tanpa janji sebelumnya mereka datang seperti gumpalan awan musim semi dan akan berkumpul di Mekah. Yaitu seperti gerakan awan yang membentuk pusaran di kota suci Mekkah. (22) Oleh karena itu pada masa kebangkitan Imam Mahdi as terdapat 50 wanita yang menjadi tangan kanan beliau.
 
Imam Shadiq as juga berkata bahwa akan ada 13 wanita yang mengalami peristiwa Raj'ah (hidup kembali) dan menjadi abdi dari Imam Mahdi as dan menyebutkan nama 7 atau 8 orang di antara mereka yang akan datang sebagai perawat orang-orang yang terluka, seperti halnya beberapa wanita yang mengabdikan diri pada Nabi Saw dengan cara ini. Di tempat lain beliau berkata, "Bersama Imam Mahdi af terdapat 13 wanita yang merawat orang-orang yang terluka dan menjaga orang-orang yang sakit". (23) (IRIB Indonesia / Fatimah Baroroh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar