Menurut data dari Ensiklopedi Katolik, nama Valentinus diduga bisa merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda.
Hubungan antara ketiga martir ini dengan hari raya kasih sayang (valentine) tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Hari raya Valentine Days ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santo yang asal- muasalnya tidak jelas, meragukan dan hanya berbasis pada legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.

Hukum Merayakan Valentine Dalam Islam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, artinya, ” Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut ” (HR. At-Tirmidzi)
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, ” Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut HARAM
Mengapa ? karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wata’ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wata’ala dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh.
Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan : ” Merayakan Hari Valentine itu tidak boleh ” alasannya :
Pertama : Ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.
Kedua : Ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) - semoga Allah meridhai mereka.
kesimpulan dari hukum Perayaan Valentine
Seorang muslim dilarang untuk meniru-niru kebiasan orang-orang di luar Islam, apalagi jika yang ditiru adalah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan, pemikiran dan adat kebiasaan mereka.
Bahwa mengucapkan selamat terhadap acara kekufuran adalah lebih besar dosanya dari pada mengucapkan selamat kepada kemaksiatan seperti meminum minuman keras dan sebagainya.
Valentine’s Day adalah Hari Raya di luar Islam untuk memperingati pendeta St. Valentin yang dihukum mati karena menentang Kaisar yang melarang pernikahan di kalangan pemuda.
PANDANGAN ULAMA NU Terhadap Perayaan VALENTINE
Menurut jebolan pesantren Sidogiri itu, selama ini hari hari Velentine identtik dengan ungkapan rasa cinta melalui pemberian setangkai bunga dari seorang pria kepada kekasihnya. “Dari sisi ini saja sudah haram, apalagi diteruskan kepada perbuatan lain,” jelasnya.
Kiai Idrus menambahkan, sejatinya ungkpan kasih sayang atau cinta tidak masalah jika diberikan kepada istri atau suaminya. Tapi hari Valentine, biasanya dijadikan momentum bagi sepasang manusia bukan suami istri untuk menyampaikan rasa cintanya, yang kemudian bahkan diikuti dengan perbuatan lain yng menjurus mesum. “Itu semua sepakat haram,” jelasnya.


Sejarah hari Valenitne, kata Kiai Idrus, berasal dari Yunani. Syahdan, saat itu raja romawi melarang tentara romawi menikah, sama dengan larangan terhadap Pastur. Suatu ketika, ada seorang tentara yang ngotot untuk menikah dengan seorang wanita, namun tidak ada yang berani menikahkannya. Setelah sekian lama tak ada kepastian, akhirnya seorang Pastur yang bernama Valentinus terenyuh hatinya, dan dia akhirnya berani menikahkan tentara itu. Karena kenekatannya itu, si Pastur dihukum mati oleh raja.
Untuk mengenang jasa Valientinus itu, para remaja Yunani menggelar hari kasih sayang setiap tanggal 14 Februari, yang dinamakan hari Valentine. “Dari cerita ini, hari Valentine sebenarnya berasal dari budaya Kristen. Islam tidak melarang orang menikah. Dan dalam Islam juga tidak ada hari Valentine,” urainya.
Melaksanakan hari Valentina, tutur Kiai Idrus, sama dengan tasyabbuh. Artinya meniru-niru kebiasaan orang lain. Dikatakannya, tasyabbuh, ada yang boleh, haram dan wajib. “Meniru-niru tradisi umat lain seperti Vvalentine, termasuk yang haram,” tukas Wakil Ketua LBM NU Cabang Jember itu.
Seminar itu sendiri digelar oleh IPNU-IPPNU Komisariat Nuris. Sekitar 150 orang yang hadir tampak serius menyimak pemaparan Kiai Idrus. Terbukti, setelah dibuka sesi tanya jawab, mereka apa berebutan untuk mengajukan pertanyaan, sehingga Kiai Idrus membatasi waktu yang semula direncanakan dua jam, menjadi satu setengah jam. (ary)
PANDANGAN MUHAMMADIYAH TENTANG VALENTINE

Didalam Al-Qur’an Surat Al-Israa Allah S.W.T berfirman :
“dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
pebuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk,: (Qs. Al-Israa : 32)
PERAYAAN DALAM KACA MATA ISLAM
PERAYAAN YANG DIADA-ADAKAN
Ummul mu’minin ‘Aisyah r.a berkata : rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “barang
siapa mengadakan sesuatu yang baru ( bid’ah Saiyi’ah) dalam urusan
Agama kami ini, yang tidak kami perintahkan maka hal itu ditolak.”
(HR.Bukhari dan Muslim). Dalam hadist lain disebutkan : “barang siapa mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak cocok dengan syari’at kami, maka hal itu ditolak.” (HR.Muslim). dalam riwayat Imam Muslim yang lainnya disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sebaik-baik
perkataan adalah Al-Qur’an dan sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Nabi
Muhammad dan sejelek-jeleknya perkara ialah yang diada-adakan dan
tiap-tiap bid’ah (sesuatu yang diada-adakan) itu sesat.” (HR. Muslim).
ANCAMAN BAGI PENZINA
Rasulullah S.A.W bersabda : “Telah diputuskan atas Anak adam
bagiannya dari zina secara pasti hal itu dapat dipahaminya. Dua mata
zinanya ialah melihat, dua telinga zinanya ialah mendengarkan kata-kata
porno, Lidah zinanya ialah perkataan, Tangan zinanya ialah menyerang,
Kaki zinanya ialah melangkah ketempat maksiat, termasuk menghadiri
Valentine, Hati sangat menginginkan serta berangan-angan hal tersebut
(zina) dan kemaluan yang membenarkan atau mendustakannya.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).
Adapun ancaman-ancaman bagi penzina yang terdapat dalam hadist sebagai berikut :
- “Barang siapa yang berzina atau minum-minuman keras, Allah pasti akan mencabut imannya sebagaimana seseorang melepaskan pakaian dari kepalanya,”
- “Wahai segenap orang-orang Islam takutlah pada zina, karena sesungguhnya dalam zina itu ada 6 perkara : tiga didunia dan tiga diakhirat. Adapun yang didunia ialah lenyapnya cahaya / ketampanan wajah, pendek umur dan terus menerus faqir, adapun diakhirat ialah murka Allah yang mah suci lagi maha tinggi, perhitungan amal yang jelek dan siksa dengan neraka.”
- “Barang siapa terus-menerus berzina maka seperti penyembah berhala.”
- “Zina satu kali dapat menghapus amal kebaikan selama 70 tahun.”
- “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik disisi Allah dari pada dosa seseorang yang meletakkan air mani dirahim yang tidak halal baginya.” (HR. Ibnu Abi Abdunya)
RELAKAH KITA TERGOLONG DARI KELOMPOK MANUSIA YANG DIKUTUK
Valentine’s Day adalah bukan ketentuan-ketentuan perayaan yang
diwajibkan, disunnahkan atau dibolehkan oleh agama Islam. Penobatan atau
penentuan upacara peringatan Valentine’s Day adalah ditetapkan oleh
pihak gereja ( pendeta ) atau pastor yang Nasrani tersebut. Sedangkan
dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa para pendeta (rahib) adalah mereka
dijadikan sebagai Tuhan, mereka membuat ketentuan-ketentuan baru,
menghalalkan apa yang Allah haramkan serta mengharamkan apa yang Allah
halalkan (Hadist).
Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman : “Mereka menjadikan
Orang-orang alimnya,dan rahib-rahibnya sebagai tuhan selain Allah.dan
juga (mereka MemperTuhankan) Al-masih putera Maryam, padahal mereka
hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia.
Maha Suci Allah dari segala dari apa yang mereka persekutuan.” (QS.
Attaubah :31)
Pihak rahib (pendeta) telah menghalalkan hubungan sesama lain jenis.
Pihak gereja (Paus Galasium I) telah mengadopsi upacara pesan-pesan
cinta, dansa, berzina menjadi acara pensucian diri.
Dengan kata lain, penobatan Santo Valentine sebagai tokoh “pembela
kasih sayang” disertai perzinahan merupakan yang wajar, jelas-jelas
tidak bisa ditolerir oleh Islam. Dan Islam tidak menghendaki
keberadaannya Sesat.
Kebiadaban tersebut (Valentine’s Day) bukan saja harus kita hindari
atau kita jauhi namun harus kita hentikan dan kita kikis habis. Kalau
tidak maka kita tergolong dalam ancaman Allah Subhanahu wata’ala.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :“Dan peliharalah dirimu dari
pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja
diantara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (QS.
Al-Anfal :25).
Dalam ayat yang lain disebutkan:“Dan orang-orang yang tidak
menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang
diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina,
barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat
pembalasan dosaNya, yakni akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari
kiamat dan dia kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina. (QS. Al-
Furqan : 68-69).
Walau kita tidak ikut serta dalam budaya yang dibenci oleh Allah
tersebut, namun kita meridhai dan mencintainya atau mengadakan acara
yang serupa dengannya, maka diancam oleh rasulullah S.A.W dengan tiga
hadistnya :
- “Rela dengan kemaksiatan itulah hakekat dari kemaksiatan itu sendiri”
- “Barang siapa mencintai suatu kaum maka Allah akan menghimpunnya dalam kaum itu.” (HR.At-thabrani).
- “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia tergolng dari kelompok mereka.” (HR.At-thabrani)
- sinyo.yu.tl
- NU
- klikmuhammadiyah.net
- muhammadiyah.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar