selamat datang CUPLIS5758

Rabu, 13 Februari 2013


 
Sejarah Valentine Days

Menurut data dari Ensiklopedi Katolik, nama Valentinus diduga bisa merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda.

Hubungan antara ketiga martir ini dengan hari raya kasih sayang (valentine) tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Hari raya Valentine Days ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santo yang asal- muasalnya tidak jelas, meragukan dan hanya berbasis pada legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.





Hukum Merayakan Valentine Dalam Islam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, artinya, ” Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut ” (HR. At-Tirmidzi)

Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, ” Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut HARAM

Mengapa ? karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wata’ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wata’ala dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh.

Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan : ” Merayakan Hari Valentine itu tidak boleh ” alasannya :

Pertama : Ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.

Kedua : Ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) - semoga Allah meridhai mereka.

kesimpulan dari hukum Perayaan Valentine

Seorang muslim dilarang untuk meniru-niru kebiasan orang-orang di luar Islam, apalagi jika yang ditiru adalah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan, pemikiran dan adat kebiasaan mereka.

Bahwa mengucapkan selamat terhadap acara kekufuran adalah lebih besar dosanya dari pada mengucapkan selamat kepada kemaksiatan seperti meminum minuman keras dan sebagainya.

Valentine’s Day adalah Hari Raya di luar Islam untuk memperingati pendeta St. Valentin yang dihukum mati karena menentang Kaisar yang melarang pernikahan di kalangan pemuda.
PANDANGAN ULAMA NU Terhadap Perayaan VALENTINE

Umat Islam tidak boleh latah ikut-ikutan merayakan hari Valentine. Sebab, perayaan hari Valentine mengadopsi dari budaya umat Kristen, sehingga tidk patut ditiru umat Islam, khususnya kalangan remaja. Demikian dikemukakan Kiai Idrus Ramli saat menjadi nara sumber dalam seminar “Valentine Dalam Perspektif Islam” di aula pondok pesantren Nuris, Antirogo, Jember, Ahad (14/2).

Menurut jebolan pesantren Sidogiri itu, selama ini hari hari Velentine identtik dengan ungkapan rasa cinta melalui pemberian setangkai bunga dari seorang pria kepada kekasihnya. “Dari sisi ini saja sudah haram, apalagi diteruskan kepada perbuatan lain,” jelasnya.

Kiai Idrus menambahkan, sejatinya ungkpan kasih sayang atau cinta tidak masalah jika diberikan kepada istri atau suaminya. Tapi hari Valentine, biasanya dijadikan momentum bagi sepasang manusia bukan suami istri untuk menyampaikan rasa cintanya, yang kemudian bahkan diikuti dengan perbuatan lain yng menjurus mesum. “Itu semua sepakat haram,” jelasnya.
                                  


Sejarah hari Valenitne, kata Kiai Idrus, berasal dari Yunani. Syahdan, saat itu raja romawi melarang tentara romawi menikah, sama dengan larangan terhadap Pastur. Suatu ketika, ada seorang tentara yang ngotot untuk menikah dengan seorang wanita, namun tidak ada yang berani menikahkannya. Setelah sekian lama tak ada kepastian, akhirnya seorang Pastur yang bernama Valentinus terenyuh hatinya, dan dia akhirnya berani menikahkan tentara itu. Karena kenekatannya itu, si Pastur dihukum mati oleh raja.

Untuk mengenang jasa Valientinus itu, para remaja Yunani menggelar hari kasih sayang setiap tanggal 14 Februari, yang dinamakan hari Valentine. “Dari cerita ini, hari Valentine sebenarnya berasal dari budaya Kristen. Islam tidak melarang orang menikah. Dan dalam Islam juga tidak ada hari Valentine,” urainya.

Melaksanakan hari Valentina, tutur Kiai Idrus, sama dengan tasyabbuh. Artinya meniru-niru kebiasaan orang lain. Dikatakannya, tasyabbuh, ada yang boleh, haram dan wajib. “Meniru-niru tradisi umat lain seperti Vvalentine, termasuk yang haram,” tukas Wakil Ketua LBM NU Cabang Jember itu.

Seminar itu sendiri digelar oleh IPNU-IPPNU Komisariat Nuris. Sekitar 150 orang yang hadir tampak serius menyimak pemaparan Kiai Idrus. Terbukti, setelah dibuka sesi tanya jawab, mereka apa berebutan untuk mengajukan pertanyaan, sehingga Kiai Idrus membatasi waktu yang semula direncanakan dua jam, menjadi satu setengah jam. (ary)


PANDANGAN MUHAMMADIYAH TENTANG VALENTINE



 Didalam Al-Qur’an Surat Al-Israa  Allah S.W.T berfirman :
“dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah pebuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk,: (Qs. Al-Israa : 32)

PERAYAAN DALAM KACA MATA ISLAM
PERAYAAN YANG DIADA-ADAKAN
Ummul mu’minin ‘Aisyah r.a berkata : rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “barang siapa mengadakan sesuatu yang baru ( bid’ah Saiyi’ah) dalam urusan Agama kami ini, yang tidak kami perintahkan maka hal itu ditolak.” (HR.Bukhari dan Muslim). Dalam hadist lain disebutkan : “barang siapa mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak cocok dengan syari’at kami, maka hal itu ditolak.” (HR.Muslim). dalam riwayat Imam Muslim yang lainnya disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sebaik-baik perkataan adalah Al-Qur’an dan sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Nabi Muhammad dan sejelek-jeleknya perkara ialah yang diada-adakan dan tiap-tiap bid’ah (sesuatu yang diada-adakan) itu sesat.” (HR. Muslim).

ANCAMAN BAGI PENZINA
Rasulullah S.A.W bersabda : “Telah diputuskan atas Anak adam bagiannya dari zina secara pasti hal itu dapat dipahaminya. Dua mata zinanya ialah melihat, dua telinga zinanya ialah mendengarkan kata-kata porno, Lidah zinanya ialah perkataan, Tangan zinanya ialah menyerang, Kaki zinanya ialah melangkah ketempat maksiat, termasuk menghadiri Valentine, Hati sangat menginginkan serta berangan-angan hal tersebut (zina) dan kemaluan yang membenarkan atau mendustakannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Adapun ancaman-ancaman bagi penzina yang terdapat dalam hadist sebagai berikut :
  1. “Barang siapa yang berzina atau minum-minuman keras, Allah pasti akan mencabut imannya sebagaimana seseorang melepaskan pakaian dari kepalanya,”
  2. “Wahai segenap orang-orang Islam takutlah pada zina, karena sesungguhnya dalam zina itu ada 6 perkara : tiga didunia dan tiga diakhirat. Adapun yang didunia ialah lenyapnya cahaya / ketampanan wajah, pendek umur dan terus menerus faqir, adapun diakhirat ialah murka Allah yang mah suci lagi maha tinggi, perhitungan amal yang jelek dan siksa dengan neraka.”
  3. “Barang siapa terus-menerus berzina maka seperti penyembah berhala.”
  4. “Zina satu kali dapat menghapus amal kebaikan selama 70 tahun.”
  5. “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik disisi Allah dari pada dosa seseorang yang meletakkan air mani dirahim yang tidak halal baginya.” (HR. Ibnu Abi Abdunya)
RELAKAH KITA TERGOLONG DARI KELOMPOK MANUSIA YANG DIKUTUK

Valentine’s Day adalah bukan ketentuan-ketentuan perayaan yang diwajibkan, disunnahkan atau dibolehkan oleh agama Islam. Penobatan atau penentuan upacara peringatan Valentine’s Day adalah ditetapkan oleh pihak gereja ( pendeta ) atau pastor yang Nasrani tersebut. Sedangkan dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa para pendeta (rahib) adalah mereka dijadikan sebagai Tuhan, mereka membuat ketentuan-ketentuan baru, menghalalkan apa yang Allah haramkan serta mengharamkan apa yang Allah halalkan (Hadist).
Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman : “Mereka menjadikan Orang-orang alimnya,dan rahib-rahibnya sebagai tuhan selain Allah.dan juga (mereka MemperTuhankan) Al-masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari segala dari apa yang mereka persekutuan.” (QS. Attaubah :31)
Pihak rahib (pendeta) telah menghalalkan hubungan sesama lain jenis. Pihak gereja (Paus Galasium I) telah mengadopsi upacara pesan-pesan cinta, dansa, berzina menjadi acara pensucian diri.
Dengan kata lain, penobatan Santo Valentine sebagai tokoh “pembela kasih sayang” disertai perzinahan merupakan yang wajar, jelas-jelas tidak bisa ditolerir oleh Islam. Dan Islam tidak menghendaki keberadaannya Sesat.
Kebiadaban tersebut (Valentine’s Day) bukan saja harus kita hindari atau kita jauhi namun harus kita hentikan dan kita kikis habis. Kalau tidak maka kita tergolong dalam ancaman Allah Subhanahu wata’ala.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal :25).
Dalam ayat yang lain disebutkan:“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat pembalasan dosaNya, yakni akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina. (QS. Al- Furqan : 68-69).
Walau  kita tidak ikut serta dalam budaya yang dibenci oleh Allah tersebut, namun kita meridhai dan mencintainya atau mengadakan acara yang serupa dengannya, maka diancam oleh rasulullah S.A.W dengan tiga hadistnya :
  1. “Rela dengan kemaksiatan itulah hakekat dari kemaksiatan itu sendiri”
  2. “Barang siapa mencintai suatu kaum maka Allah akan menghimpunnya dalam kaum itu.” (HR.At-thabrani).
  3. “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia tergolng dari kelompok mereka.” (HR.At-thabrani)
SUMBER:
  • sinyo.yu.tl
  • NU
  • klikmuhammadiyah.net
  • muhammadiyah.or.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar